Minggu, 10 Juni 2012

* PEDULI KESEHATAN REPRODUKSI PADA "REMAJA" **



Banyak alasan mengapa remaja menjadi sorotan yang tak lekang oleh waktu. Psikologi sendiri memandang periode ini sebagai periode yang penuh gejolak dengan menamakan period of strom and stress. Bila banyak pihak yang mencemaskan individu yang berada pada masa remaja, bagaimana dengan sang remaja sendiri ?
Dari beberapa sumber artikel mengenai kesehatan reproduksi remaja yang telah saya baca dan layak untuk dijadikan bahan sumber pengetahuan yang pantas dibagi. Sampai saat ini masalah seksualitas selalu menjadi topik yang menarik untuk dibicarakan. Hal ini dimungkinkan karena permasalahan seksual telah menjadi suatu hal yang sangat melekat pada manusia.
          Seksualitas tidak bisa dihindari oleh makhluk hidup, karena dengan seks makhluk hidup  dapat terus bertahan menjaga kelestarian keturunannya.Pada masa remaja rasa ingin tahu terhadap masalah seksual sangat penting dalam pembentukan hubungan baru yang lebih matang dengan lawan jenis.Karena meningkatnya minat remaja pada masalah seksual dan sedang berada dalam potensi seksual yang aktif, maka remaja berusaha mencari berbagai informasi mengenai hal tersebut.Dari sumber informasi yang berhasil mereka  dapatkan hanya sedikit informasi yang bisa mereka dapatkan seluk beluk seksual dari orang tuanya. Oleh karena itu remaja mencari atau mendapatkan dari berbagai sumber informasi yang mungkin dapat diperoleh, misalnya disekolah atau perguruan tinggi, membahas dengan teman-teman,buku-buku tentang seks, media massa atau internet.
          Banyak orang tua yang menganggap bahwa membicarakan tentang seksualitas didalam keluarga merupakan hal yang tabu, padahal jika anak sudah terlebih dahulu mendapatkan pelajaran tentang seksualitas ini dalam keluarganya, anak tersebut akan mempunyai pola pikir yang cukup panjang untuk mengetahui baik buruknya tentang seksualitas.Dan hal ini akan berdampak kepada kesehatan reproduksi remaja itu sendiri.
          Secara garis besar dapat digolongkan 4 golongan faktor yang dapat berdampak buruk bagi kesehatang reproduksi yaitu:
  1. Faktor sosial ekonomi dan demografi (terutama kemiskinan, tingkat pendidikan yang rendah, dan ketidaktahuan tentang perkembangan seksual dan proses reproduksi, serta lokasi tempat tinggal yang terpencil ).
  2. Faktor budaya dan lingkungan (misalnya, praktek tradisional yang berdampak buruk pada kesehatang reproduksi, kepercayaan banyak anak banyak rejeki, informasi tentang fungsi reproduksi yang membingungkan anak dan remaja karena saling berlawanan satu dengan yang lain, dan sebagainya).
  3. Faktor psikologis (dampak pada keretakan orang tua pada remaja, depresi karena ketidakseimbangan hormonal, rasa tidak berharga wanita pada pria yang membeli kebebasannya secara materi dan sebagainya).
  4. Faktor biologis ( cacat sejak lahir, cacat pada saluran reproduksi pasca penyakit menular seksual dan sebagainya).




Perubahan psikis juga terjadi baik pada remaja perempuan maupun pada remaja laki-laki, mengalami perubahan emosi, pikiran , perasaan, lingkungan pergaulan dan tanggung jawab, yaitu:
  1. Remaja lebih senang berkumpul diluar rumah dengan kelompoknya.
  2. Remaja lebih sering membantah atau melanggar aturan orang tua.
  3. Remaja ingin menonjolkan diri atau bahkan menutup diri.
  4. Remaja kurang mempertimbangkan maupun menjadi sangat bergantung pada kelompoknya

Hal tersebut diatas menyebabkan remaja menjadi lebih mudah terpengaruh oleh hal-hal negatif dari lingkungan barunya. Oleh karena itu diperlukannya peran orang tua, untuk mengetahui tumbuh kembang anaknya baik itu secara fisik maupun psikologi anak. Karena seiring dengan perubahan jaman,orang tua dituntut untuk lebih pintar mengatur ataupun mengontrol tumbuh kembang anaknya, agar tidak terjerumus kedalam pergaulan bebas yang sekarang banyak kita temui di kota-kota besar. Dan sebagai remaja seharusnya juga dapat berfikir panjang untuk menentukan masa depan yang lebih baik untuk dirinya sendiri. Karena yang ditakutkan dari pergaulan bebas, termaksud seks bebas dan narkoba, adalah penyakit-penyakit yang dapat terinfeksi baik itu melalui jarum suntik maupun berhubungan seksual, yang bukan hanya mematikan, tetapi juga dapat menular baik itu kepada pasangan seksual, teman dekat, maupun keluarga.
Penyakit menular seksual (penyakit kelamin) adalah infeksi yang ditularkan melalui hubungan seksual. Akan beresiko tinggi apabila dilakukan dengan berganti-ganti pasangan. Baik laki-laki maupun perempuan bisa beresiko tertular penyakit kelamin. Perempuan beresiko lebih besar tertular karena alat reproduksinya lebih rentan terhadap PMS. Sayangnya 50% dari perempuan yang tertular PMS tidak tahu bahwa dirinya sudah tertular. PMS tidak dapat dicegah hanya dengan:
  1. Membersihkan alat kelamin setelah berhubungan seksual.
  2. Minum jamu tradisional.
  3. Minum antibiotik sebelum dan sesudah berhubungan seksual.
PMS yang umum terdapat di Indonesia adalah :
  1. Gonorrea (GO)
  2. Clamidia (klamidia)
  3. Sifilis (Raja Singa)
  4. Herpes genital
  5. Trikonomiasis
  6. Ulkus mole ( chancroid)
  7. Kutil kelamin (jengger ayam)
  8. HIV-AIDS

Untuk penyakit HIV-AIDS sendiri, dapat ditularkan melalui :
  1. Hubungan seksual tanpa pelindung dengan ODHA
  2. Menggunakan benda tajam yang terkontaminasi oleh virus HIV, misalnya jarum suntik pada pengguna dan pecandu narkoba, alat pembuat tatto, dan alat tindik.
  3. Mendapatkan transfusi darah yang mengandung virus HIV.
  4. Dari ibu ODHA dari ibu yang dikandung dan disusuinya.


HIV tidak dapat ditularkan melalui:
  1. Bersalaman atau berpelukkan
  2. makanan dari piring yang pernah digunakan ODHA
  3. Batuk atau bersin ODHA
  4. Gigitan nyamuk
  5. Berenang ditempat yang sama dengan ODHA
  6. Mengunjungi ODHA di rumah atau dirumah sakit.

Menurut data Departemen Kesehatan sampai September 2009, jumlah anak dibawah 15 tahun yang menderita AIDS sebanyak 464 orang. Penderita HIV-AIDS usia 0-19 tahun diwilayah Pemkot Yogyakarta periode 1993-2009 mencapai 16 orang. Melihat tingginya angka diatas sudah waktunya orang tua terbuka membicarakan perihal kesehatan reproduksi pada anak. Pertanyaan anak seputar reproduksi hendaknya dijawab dengan benar. Bukan berarti harus menjaawab sebagai seorang ahli, melainkan memberikan jawaban yang benar dan tidak jauh menyimpang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar