Minggu, 10 Juni 2012

MAKALAH ASKEB PATOLOGIS "KEHAMILAN EKTOPIK"

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Kehamilan ektopik ialah suatu kehamilan yang berbahaya bagi wanita yang bersangkutan berhubungan dengan besarnya kemungkinan terjadi keadaan yang gawat keadaan yang gawat ini dapat terjadi apabila kehamalan ektopik terganggu. Kehamilan ektopik terganggu merupakan peristiwa yang dapat di hadapi oleh setiap dokter, karna sangat beragamnya gambaran klinik kehamilan ektopik terganggu itu. Hal yang perlu di ingat ialah, bahwa pada setiap wanita dalam masa produksi dengan gangguan atau keterlambatan haid yang di sertai dengan nyeri perut bagian bawah, perlu dipikirkan kehamilan ektopik terganggu.
Dalam keadaan normal kehamilan akan terjadi intrauterine, nidasi akan terjadi pada endometrium korpus uteri. Dalam keadaan abnormal implantasi hasil konsepsi terjadi di luar endometrium rahim, disebut kehamilan ekstrauterin.
Kehamilan ekstrauterin tidaklah identik dengan kehamilan ektopik, karena kehamilan pada pars intrestisial tuba dan kehamilan pada kanalis servikalis masih terdapat dalam rahim, nemun jelas sifatnya abnormal dan ektopik. Dalam pembicaraan selanjutnya keduanya dimasukkan dalam kehamilan ektopik.

B.     Rumusan Masalah
Sesuai dengan latar belakang diatas dapat dirumuskan Asuhan Kebidanan Pada Ibu Hamil dengan Kehamilan Ektopik Terganggu.
C.    Tujuan
1.      Tujuan Umum
Dapat memberikan Asuhan Kebidanan pada ibu hamil dengan Kehamilan Ektopik Terganggu.
2.      Tujuan Khusus
a.       Mampu melaksanakan pengkajian, pengumpulan data dengan cara Anamesa dan observasi
b.      Mampu menegakan diagnosa mengkaji masalah dan kebutuan berdasarkan interpretasi data yang telah dikumpulkan
c.       Mampu mengindentifikasi adanya masalah potensial
d.      Mampu mengidentifikasi perlunya tindakan segera, kolaborasi dan rujukan
e.       Mampu membuat rencana asuhan sebagai dasar untuk melaksanakan asuhan kebidanan
f.       Mampu melakukan Implementasi secara efektif dan efisien
g.      Mampu mengevaluasi asuhan kebidanan yang diberikan
D.    Manfaat
1.      Bagi Rumah Bersalin
Dapat meningkatkan pelayanan kesehatan pada ibu hamil dengan Kehamilan Ektopik Terganggu.
2.      Bagi Institusi Pendidikan
Dapat digunakan sebagai referensi untuk menambah wawasan khususnya dalam asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan Kehamilan Ektopik Terganggu.
3.      Bagi Mahasiswa
Sebagai upaya peningkatan pengetahuan dalam memberikan asuhan yang sesuai dengan 7 langkah Varney.













BAB II
TINJAUAN TEORI
A.    Pengertian
Kehamilan ektopik adalah kehamilan yang terjadi di luar kavum uteri.
Sering disebut juga kehamilan ekstrauterin. Penyebutan ini kurang tepat, karena kehamilan pada cornu uteri atau serviks uteri (intrauterin) juga masih termasuk sebagai kehamilan ektopik.
Menurut Taber (1994), kehamilan ektopik adalah gestasi diluar kavum uteri. Kehamilan ektopik merupakan istilah yang lebih luas daripada kehamilan ekstrauterin, karena istilah ini mencakup gestasi pada pars interstisialis tuba, kehamila kornu (gestasi pada kornu uteri yang rudimenter), dan kehamilan servikalis (gestasi dalam kanalis servikalis) dan juga kehamilan abdominal, kehamilan ovarial dan kehamilan tuba.
Menurut Mansjoer (1999), kehamilan ektopik adalah implanttasi dan pertumbuhan hasil konsepsi diluar endometrium kavum uteri.
Menurut Manuaba (1998), terdapat dua pengertian yang perlu mendapat perhatian, yaitu kehamilan ektopik adalah kehamilan yan berimplantasi diluar endometrium normal dan kehamilan ekstrauterin adalah kehamilan yang berimplantasi diluar uterus. Dengan pengertian ini maka kehamilan pada pars interstitial tuba dan kehamilan pada servikal termasuk kehamilan ekstrauterin, tetapi mempunyai sifat kehamilan ektopik yang sangat berbahaya.
Menurut Winkjosastro (2002), kehamilan ektopik terjadi bila telur yang dibuahi berimplantasi dan tumbuh diluar endometrium kavum uteri. Kehamilan ekstrauterin tidak sinonim dengan kehamilan ektopik karena kehamilan pada pars interstisialis tuba dan kanalis servikalis masih termasuk dalam uterus, tetapi jelas bersifat ektopik.
Menurut Saifuddin (2000), kehamilan ektopik adalah kehamilan dimana setelah fertilisasi, implantasi terjadi diluar endometrium kavum uteri. Sedangkan kehamilan ektopik tergangguialah kehamilan ektopik yang mengalami abortus atau rupture apabila masa kehamilan berkembang melebihi kapasitas ruang implantasi (misalnya : Tuba).





B.     ETIOLOGI
Menurut Manjoer (1999), etiologi kehamilan ektopik antara lain :
1.      Faktor Tuba
a.       Salpingitis
Perlekatan Tuba
b.      Kelainan Kongenital Tuba
c.       Pembedahan sebelumnya
d.      Endometriosis
e.       Tumor yang mengubah bentuk tuba
f.       Kehamilan ektopik sebelumnya
2.      Kelainan Zigot
a.       Kelainan kromosom
b.      Malformasi
3.      Faktor Ovarium
a.       Migrasi luar ovum (perjalanan ovum dari ovarium kanan ke tuba kiri atau sebaliknya).
b.      Pembesaran Ovarium
c.       Unextruded Ovarium
d.      Penggunaan hormon eksogen (estrogen) seperti pada kontrasepsi oral.
e.       Faktor lain :
a)      Aborsi tuba
b)      Pemakaian IUD
C.    MACAM KEHAMILAN EKTOPIK
Menurut Taber (1994), macam-macam kehamilan ektopik berdasarkan tempat implantasinya antara lain :
a)      Kehamilan Abdominal
Kehamilan/gestasi yang terjadi dalam kavum peritoneum (sinonim : kehamilan intraperitoneal)
b)      Kehamilan Ampula
Kehamilan ektopik pada pars ampularis tuba fallopii. Umumnya berakhir sebagai abortus tuba.
c)      Kehamilan Servikal
Gestasi yang berkembang bila ovum yang telah dibuahi berimplantasi dalam kanalis servikalis uteri.
d)     Kehamilan Heterotopik Kombinasi
Kehamilan bersamaan intrauterine dan ekstrauterin.
e)      Kehamilan Kornu
Gestasi yang berkembang dalam kornu uteri.
f)       Kehmailan Interstisial
Kehamilan pada pars interstisialis tuba fallopii.
g)      Kehamilan Intraligamenter
Pertumbuhan janin dan plasenta diantara lipatan ligamentum latum, setelah rupturnya kehamilan tuba melalui dasar dari tuba fallopii.
h)      Kehamilan Ismik
Gestasi pada pars ismikus tuba fallopii.
i)        Kehamilan Ovarial
Bentuk yang jarang dari kehamilan ektopik dimana blastolisis berimplantasi pada permukaan ovarium.
j)        Kehamilan Tuba
Kehamilan ektopik pada setiap bagian dari tuba fallopii.
D.    PATOGENESIS
Menurut Manuaba (1998), dengan terjadinya implantasi di dalam lumen tuba dapat terjadi beberapa kemungkinan, antara lain :
a.       Hasil konsepsi mati dini.
a)      Tempatnya tidak mungakin memberikan kesempatan tumbuh kembang hasil konsepsi mati secara dini.
b)      Karena kecilnya kemungkinan di resorbsi.
b.      Terjadi Abortus.
a)      Kesempatan berkembang yang sangat kecil menyebabkan hasil konsepsi mati dan lepas dalam lumen.
b)      Lepasnya hasil kondepsi menimbulkan perdarahan dalam lumen tuba atau keluar lumen serta bentuk timbunan darah.
c)      Tuba tampak berwarna biru pada saat dilakukan operasi.
c.       Tuba fallopii pecah.
a)      Karena tidak dapat berkembang dengan baik maka tuba dapat pecah.
b)      Jonjot Villi menembus tuba, sehingga terjadi rupture yang menimbulkan timbunan darah ke dalam ruangan abdomen.
c)      Rupture tuba menyebabkan hasil konsepsi terlempar keluar dan kemungkinan untuk melakukan implantasi menjadi kehamilan sekunder.
d)     Kehamilan abdominal dapat mencapai cukup besar.
E.     PENANGANAN
Menurut Taber (1994), penangan kehamilan ektopik antara lain :
A.    Kehamilan Tuba
1)      Data Subjektif
Gejala saat ini :
Nyeri abdomen,terutama nyeri pelvic unilateral maupun bilateral pada abdomen
bagian bawah,pada abdomen bagian atas atau seluruh abdomen.Perdarahan pervaginam atau bercak-bercak pada rahim.
Riwayat haid normalyang terakhir kemungkinan yang terjadi 6 sampai 8 minggu sebelum mulai timbulnya nyeri abdomen dan bercak perdarahan pervaginam.
 Sinkope atau perubahan-perubahan ortostatik.
Nausea, Vomitus dan pembengkakkan payudara.
Tekanan pada rectum atau suatu urgensi atau defekasi.
Riwayat penyakit dahulu :
Pernah mengalami keahmilan ektopik.
Riwayat kontrasepsi oral atau AKDR.
Riwayat operasi tuba
Nyeri abdomen, terutama nyeri pelvic unilateral maupun bilateral pada abdomen bagian bawah, pada abdomen bagian atas atau seluruh abdomen.
Riwayat haid normalyang terakhir kemungkinan yang terjadi 6 sampai 8 minggu sebelum mulai timbulnya nyeri abdomen dan bercak perdarahan pervaginam.
 Sinkope atau perubahan-perubahan ortostatik.
Nausea, Vomitus dan pembengkakkan payudara.
Tekanan pada rectum atau suatu urgensi atau defekasi.
Riwayat penyakit dahulu :
Pernah mengalami keahmilan ektopik.
Riwayat kontrasepsi oral atau AKDR.
Riwayat operasi tuba.
2)      Data Objektif
3)      Pemeriksaan Fisik
4)      Pemeriksaan umum :
Shock Hipovolemik dan Hipotensi Ortostatik (Postural)
 Pemeriksaan Abdomen :
Rasa sakit di kuadran bawah unilateral.
Bising usus menurun.
Mungkin ditemukan distensi dengan perasaan seperti adonan pada palpasi.
Sebelum terjadi ruptur, temuan-temuan pada pemeriksaan abdomen biasanya normal.
Pemeriksaan Pelvis :
Nyeri unilateral pada pelvis dan rasa sakit yang terlokalisir pada suatu daerah adneksa.
 Tes Laboratorium :
Pemeriksaan darah lengkap dengan apusan darah.
Urinalis normal.
Golongan darah dan rhesus untuk penggantian darah jika ada indikasi.
3) Penilaian
Diagnosis banding
Abortus iminens atau abortus inkompletus dari kehamilan intrauterine.
 Inveksipelvis.
 Korpus luteum persisten dengan perdarahan intra abdominal.
 Kista ovarium dengan torsi atau Torsi Adneksa.
 Apendisitisakut.
4)Rencana
 Data diagnostic tambahan
 Kuldosentesis
Cairan peritoneum di aspirasi dan kavum Douglasi Posterior dengan menusukkan jarum ajang No.16 atau 18 melalui torniks posterior.
 Tes
kehamilan untuk HCG.
 Laju endap darah biasanya dalam batas-batas normal.
 Penetapan hematokrit secara serial.
 Ultrasonografi : masa adneksa, cairan dalam kavum douglasi.
 Foto abdomen :Cairan bebas dalam kavum peritoneum.
 Laparoskopi.
 Kuretase Endometrium.
 Kaolpotomi atau Kuldoskopi.
 Penatalaksanaan
v
 Prinsip kerja umum :
1. Rawat inap segera.
2. Operasi segera setelah diagnostic di tegakkan.
3. Penggantian darah sebagai indikasi Hipovolemia atau anemia.
 Langkah-langkah spesifik :
Tindakan preoperasi.
 Keputusan operasi :
1. Kolpotomi atau Insisi Caparotomi.
2. Mereseksi atau mempertahankan tuba.
3. Reseksi kornu dengan Salpingektomi.
4. Mengangkat atau membiarkan ovarium pada sisi yang terkena.
B. Kehamilan Abdominal
1) Data Subjektif
 Gejala saat ini :
 Nyeri abdomen bagian bawah atau intermitting.
 Jika bayinya hidup, gerakan janin akan dirasakan sangat nyeri.
 Riwayat haid terakhir sesuai umur kehamilan. Kehamilan abdominal aka menjadi simtomatik antara gestasi 12 dan 40 minggu.
 Nausea, vomitus, dan diare merupakan gejala-gejala yang bervariasi.
 Riwayat penyakit dahulu :
 Riwayat spotting.
 Perdarahan irengular.
2) Data Objektif
 Pemeriksaan Umum :
- Seringkali normal.
 Pemeriksaan Abdomen :
 Abdomen lebih sakit daripada normal.
 Bagian-bagian janin dapat teraba sedemikian dekat dengan dinding abdomen.
 DJJ seringkali tidak ada.
 Kontra
Øksi uterus tidak dapat di palpasi.
 Lengkungan uterus tidak ada.
 Pemeriksaan Pelvis :
 Serviks sering berpindah tempat ke anterior dan superior.
 Serviks kaku.
 Uterus mungkin berpindah tempat ke atas dan di identifikasi terpisah dari janin.
3)Penilaian
 Diagnosi
s  banding :
Kehamilan
intrauterine.
4)Rencana
 Data diagnostic tambahan :
 Ultrasonografi : kavum uteri kosong.
 Oxitocin Challenge Test.
Adanya kontraksi uterus menyingkirkan diagnosis kehamilan abdominal.
 Foto abdomen.
 Histerogram.
 Angiografi Pelvis.
 Penatalaksanaan
 Rawat inap.
 Laparotomi Eksplorasi.

C. Kehamilan Servikal
1) Data Subjektif
 Perdarahan pervaginam.
 Demam dan menggigil.
2) Data Objektif
 Pemeriksaan pelvis :
• Serviks mengalami distensi dan berbanding tipis dengan OUE berdilatasi sebagian.
• Fundus uteri sedikit membesar.
3) Penilaian
 Diagnosis banding :
 Abortus iminens.
 Abortus Aseptik.
 Keganasan Servikal.
 Plasenta Previa.
4) Rencana
 Penatalaksanaan :
 Intervensi bedah.
 Kuret.
 Ligasi cabang desensus artei uterine.
 Histerektomi.
D. Kehamilan Ovarial
1) Data Subjektif
 Nyeri abdomen.
 Perdarahan pervaginam.
 Amenore.
2) Data Objektif
 Pemeriksaan abdomen dan pelvis : member kesan perdarahan intra abdominal.
v
3) Penilaian
 Diagnosis banding :
a. Kehamilan tuba.
b. Perdarahan Korpus Luteum.
c. Tumor Ovarium.
4) Rencana
 Tes HCG.
 Laparoskopi Diagnostik
 Laparotomi Eksplorasi
 Pada waktu pembedahan, ooforektomi atau wedge resection sebagian biasanya diperlukan.
6)TINDAKAN
BIDAN
 Menurut Manuaba (1998), kehamilan ektopik terganggu merupakan masalah klinis yang memerlukan penanganan spesialis, sehingga rujukan merupakan langkah yang sangat penting. Dengan gambaran klinis kehamilan ektopik terganggu, kiranya bidan dapat menegakkan diagnosis kemungkinan, sehingga sikap yang diambil adalah segera merujuk penderita ke Puskesmas, Dokter atau langsung ke Rumah Sakit.
s
Sering terjadi pada :
1.Kelainan tuba atau adanya riwayat penyakit tuba (misalnya salpingitis), menyebabkan oklusi atau kerusakan silia tuba.
2.Riwayat operasi tuba, sterilisasi,dsb.
3.Riwayat penyakit radang panggul lainnya.
4.Penggunaan IUD yang mencegah terjadinya implantasi intrauterin.
5.ovulasi yang multipel akibat induksi obat-obatan, usaha fertilisasi in vitro, dsb.
Isi konsepsi yang berimplantasi melakukan penetrasi terhadap lamina propria dan pars muskularis dinding tuba. Kerusakan tuba lebih lanjut disebabkan oleh pertumbuhan invasif jaringan trofoblas. Karena trofoblas menginvasi pembuluh darah dinding tuba, terjadi hubungan sirkulasi yang memungkinkan jaringan konsepsi bertumbuh.
Pada suatu saat, kebutuhan embrio di dalam tuba tidak dapat terpenuhi lagi oleh suplai darah dari vaskularisasi tuba itu.
Ada beberapa kemungkinan akibat hal ini :
1. kemungkinan terbentuknya jaringan mola berisi darah di dalam tuba, karena aliran darah di sekitar chorion menumpuk, menyebabkan distensi tuba, dan mengakibatkan ruptur intralumen kantung gestasi di dalam lumen tuba.
2. kemungkinan “tubal abortion”, lepas dan keluarnya darah dan jaringan ke ujung distal (fimbria) dan ke rongga abdomen.
3. kemungkinan reabsorpsi jaringan konsepsi oleh dinding tuba sebagai akibat pelepasan dari suplai darah tuba.
4. kemungkinan ruptur dinding tuba ke dalam rongga peritoneum, sebagai akibat erosi villi chorialis atau distensi berlebihan tuba – keadaan ini yang umum disebut kehamilan ektopik terganggu / kehamilan ektopik dengan ruptur tuba.
DEFINISI KHUSUS
Kehamilan ektopik terganggu ( KET ) ialah kehamilan ektopik tuba yang ruptur
GEJALA / TANDA
1.Ada riwayat terlambat haid dan gejala kehamilan muda.
2.Akut abdomen, terutama nyeri perut kanan / kiri bawah.
3.Perdarahan per vaginam (dapat juga tidak ada).
4.Keadaan umum ibu dapat baik sampai buruk / syok, tergantung beratnya perdarahan yang terjadi.
5.Kadang disertai febris

DIAGNOSIS
1.Anamnesis : riwayat terlambat haid / amenorrhea, gejala dan tanda kehamilan muda, dapat ada atau tidak ada perdarahan per vaginam, ada nyeri perut kanan atau kiri bawah.
2.Pemeriksaan fisis : keadaan umum dan tanda vital dapat baik sampai buruk, ada tanda akut abdomen. Saat pemeriksaan adneksa dengan vaginal touché, ada nyeri bila porsio digerakkan (nyeri goyang porsio)
3.Pemeriksaan penunjang diagnostik : urine B-hCG (+), kuldosentesis (ditemukan darah di kavum Douglasi), USG.
4.Diagnosis pasti hanya ditegakkan dengan laparotomi.

DIAGNOSIS BANDING
Hati-hati dengan diagnosis banding, misalnya appendisitis pada usia kehamilan muda : mungkin ada tanda kehamilan, mungkin juga ada tanda akut abdomen – sebaliknya kehamilan ektopik terganggu belum tentu pula disertai gejala pendarahan.

PENATALAKSANAAN KEHAMILAN EKTOPIK DENGAN RUPTUR TUBA
1. Optimalisasi keadaan umum ibu, dengan transfusi, infus, oksigen, atau kalau dicurigai ada infeksi, diberikan juga antibiotika.
2. Penatalaksanaan yang ideal adalah menghentikan sumber perdarahan segera dengan laparotomi dan salpingektomi (memotong bagian tuba yang terganggu).
PROGNOSIS BAGI KEHAMILAN BERIKUTNYA
Umumnya penyebab kehamilan ektopik (misalnya penyempitan tuba atau pasca penyakit radang panggul) bersifat bilateral. Sehingga setelah pernah mengalami kehamilan ektopik pada tuba satu sisi, kemungkinan pasien akan mengalami kehamilan ektopik lagi pada tuba sisi yang lain.
Kehamilan ektopik merupakan kehamilan yang berbahaya bagi seorang wanita yang dapat menyebabkan kondisi yang gawat bagi wanita tersebut. Keadaan gawat ini dapat menyebabkan suatu kehamilan ektopik terganggu. Kehamilan ektopik terganggu merupakan peristiwa yang sering dihadapi oleh setiap dokter, dengan gambaran klinik yang sangat beragam. Hal yang perlu diingat adalah bahwa pada setiap wanita dalam masa reproduksi dengan gangguan atau keterlambatan haid yang disertai dengan nyeri perut bagian bawah dapat mengalami kehamilan ektopik terganggu (1).

Berbagai macam kesulitan dalam proses kehamilan dapat dialami para wanita yang telah menikah. Namun, dengan proses pengobatan yang dilakukan oleh dokter saat ini bisa meminimalisir berbagai macam penyakit tersebut. Kehamilan ektopik diartikan sebagai kehamilan di luar rongga rahim atau kehamilan di dalam rahim yang bukan pada tempat seharusnya, juga dimasukkan dalam kriteria kehamilan ektopik, misalnya kehamilan yang terjadi pada cornu uteri. Jika dibiarkan, kehamilan ektopik dapat menyebabkan berbagai komplikasi yang dapat berakhir dengan kematian (2).
Istilah kehamilan ektopik lebih tepat daripada istilah ekstrauterin yang sekarang masih banyak dipakai. Diantara kehamilan-kehamilan ektopik, yang terbanyak terjadi di daerah tuba, khususnya di ampulla dan isthmus. Pada kasus yang jarang, kehamilan ektopik disebabkan oleh terjadinya perpindahan sel telur dari indung telur sisi yang satu, masuk ke saluran telur sisi seberangnya (3,4).
Definisi Kehamilan Ektopik Terganggu (KET)
Istilah ektopik berasal dari bahasa Inggris, ectopic, dengan akar kata dari bahasa Yunani, topos yang berarti tempat. Jadi istilah ektopik dapat diartikan “berada di luar tempat yang semestinya”. Apabila pada kehamilan ektopik terjadi abortus atau pecah, dalam hal ini dapat berbahaya bagi wanita hamil tersebut maka kehamilan ini disebut kehamilan ektopik terganggu (4,7).
Insiden Kehamilan Ektopik Terganggu (KET)
Sebagian besar wanita yang mengalami kehamilan ektopik berumur antara 20 – 40 tahun dengan umur rata-rata 30 tahun. Namun, frekuensi kehamilan ektopik yang sebenarnya sukar ditentukan. Gejala kehamilan ektopik terganggu yang dini tidak selalu jelas (1).
Etiologi Kehamilan Ektopik Terganggu (KET)
Kehamilan ektopik terjadi karena hambatan pada perjalanan sel telur dari indung telur (ovarium) ke rahim (uterus). Dari beberapa studi faktor resiko yang diperkirakan sebagai penyebabnya adalah (3,4,6):
a. Infeksi saluran telur (salpingitis), dapat menimbulkan gangguan pada motilitas saluran telur.
b. Riwayat operasi tuba.
c. Cacat bawaan pada tuba, seperti tuba sangat panjang.
d. Kehamilan ektopik sebelumnya.
e.Aborsi tuba dan pemakaian IUD.
f. Kelainan zigot, yaitu kelainan kromosom.
g. Bekas radang pada tuba; disini radang menyebabkan perubahan-perubahan pada endosalping, sehingga walaupun fertilisasi dapat terjadi, gerakan ovum ke uterus terlambat.
h. Operasi plastik pada tuba.
i. Abortus buatan.
Patofisiologi Kehamilan Ektopik Terganggu (KET)
Prinsip patofisiologi yakni terdapat gangguan mekanik terhadap ovum yang telah dibuahi dalam perjalanannya menuju kavum uteri. Pada suatu saat kebutuhan embrio dalam tuba tidak dapat terpenuhi lagi oleh suplai darah dari vaskularisasi tuba itu. Ada beberapa kemungkinan akibat dari hal ini (3,4,5):
1. Kemungkinan “tubal abortion”, lepas dan keluarnya darah dan jaringan ke ujung distal (fimbria) dan ke rongga abdomen. Abortus tuba biasanya terjadi pada kehamilan ampulla, darah yang keluar dan kemudian masuk ke rongga peritoneum biasanya tidak begitu banyak karena dibatasi oleh tekanan dari dinding tuba.
2. Kemungkinan ruptur dinding tuba ke dalam rongga peritoneum, sebagai akibat dari distensi berlebihan tuba.
3. Faktor abortus ke dalam lumen tuba.
Ruptur dinding tuba sering terjadi bila ovum berimplantasi pada ismus dan biasanya pada kehamilan muda. Ruptur dapat terjadi secara spontan atau karena trauma koitus dan pemeriksaan vaginal. Dalam hal ini akan terjadi perdarahan dalam rongga perut, kadang-kadang sedikit hingga banyak, sampai menimbulkan syok dan kematian (1).
Manifestasi Klinik Kehamilan Ektopik Terganggu (KET)
Gejala dan tanda kehamilan ektopik terganggu sangat berbeda-beda; dari perdarahan yang banyak yang tiba-tiba dalam rongga perut sampai terdapatnya gejala yang tidak jelas sehingga sukar membuat diagnosanya. Gejala dan tanda tergantung pada lamanya kehamilan ektopik terganggu, abortus atau ruptur tuba, tuanya kehamilan, derajat perdarahan yang terjadi dan keadaan umum penderita sebelum hamil. Perdarahan pervaginam merupakan tanda penting kedua pada kehamilan ektopik terganggu.
Hal ini menunjukkan kematian janin. Kehamilan ektopik terganggu sangat bervariasi, dari yang klasik dengan gejala perdarahan mendadak dalam rongga perut dan ditandai oleh abdomen akut sampai gejala-gejala yang samar-samar sehingga sulit untuk membuat diagnosanya (1).
Diagnosis Kehamilan Ektopik Terganggu (KET)
Walaupun diagnosanya agak sulit dilakukan, namun beberapa cara ditegakkan, antara lain dengan melihat (5,6,8):
1. Anamnesis dan gejala klinis
Riwayat terlambat haid, gejala dan tanda kehamilan muda, dapat ada atau tidak ada perdarahan per vaginam, ada nyeri perut kanan / kiri bawah. Berat atau ringannya nyeri tergantung pada banyaknya darah yang terkumpul dalam peritoneum.
2. Pemeriksaan fisis
a. Didapatkan rahim yang juga membesar, adanya tumor di daerah adneksa.
b. Adanya tanda-tanda syok hipovolemik, yaitu hipotensi, pucat dan ekstremitas dingin, adanya tanda-tanda abdomen akut, yaitu perut tegang bagian bawah, nyeri tekan dan nyeri lepas dinding abdomen.
c. Pemeriksaan ginekologis
Pemeriksaan dalam: seviks teraba lunak, nyeri tekan, nyeri pada uteris kanan dan kiri.
3. Pemeriksaan Penunjang
a. Laboratorium : Hb, Leukosit, urine B-hCG (+).
Hemoglobin menurun setelah 24 jam dan jumlah sel darah merah dapat meningkat.
b. USG : – Tidak ada kantung kehamilan dalam kavum uteri
- Adanya kantung kehamilan di luar kavum uteri
- Adanya massa komplek di rongga panggul
4. Kuldosentesis : suatu cara pemeriksaan untuk mengetahui apakah dalam kavum Douglas ada darah.
5. Diagnosis pasti hanya ditegakkan dengan laparotomi.
6. Ultrasonografi berguna pada 5 – 10% kasus bila ditemukan kantong gestasi di luar uterus.
Penanganan Kehamilan Ektopik Terganggu (KET)
Penanganan kehamilan ektopik pada umumnya adalah laparotomi. Pada laparotomi perdarahan selekas mungkin dihentikan dengan menjepit bagian dari adneksa yang menjadi sumber perdarahan. Keadaan umum penderita terus diperbaiki dan darah dalam rongga perut sebanyak mungkin dikeluarkan. Dalam tindakan demikian, beberapa hal yang harus dipertimbangkan yaitu : kondisi penderita pada saat itu, keinginan penderita akan fungsi reproduksinya, lokasi kehamilan ektopik. Hasil ini menentukan apakah perlu dilakukan salpingektomi (pemotongan bagian tuba yang terganggu) pada kehamilan tuba. Dilakukan pemantauan terhadap kadar HCG (kuantitatif). Peninggian kadar HCG yang berlangsung terus menandakan masih adanya jaringan ektopik yang belum terangkat (1,2,3).
Penanganan pada kehamilan ektopik dapat pula dengan transfusi, infus, oksigen, atau kalau dicurigai ada infeksi diberikan juga antibiotika dan antiinflamasi. Sisa-sisa darah dikeluarkan dan dibersihkan sedapat mungkin supaya penyembuhan lebih cepat dan harus dirawat inap di rumah sakit (5,7).
Komplikasi Kehamilan Ektopik Terganggu (KET)
Komplikasi yang dapat terjadi yaitu (4,7):
- Pada pengobatan konservatif, yaitu bila kehamilan ektopik terganggu telah lama berlangsung (4-6 minggu), terjadi perdarahan ulang, Ini merupakan indikasi operasi.
- Infeksi
- Sterilitas
- Pecahnya tuba falopii
- Komplikasi juga tergantung dari lokasi tumbuh berkembangnya embrio
Prognosis Kehamilan Ektopik Terganggu (KET)
Kematian karena kehamilan ektopik terganggu cenderung turun dengan diagnosis dini dengan persediaan darah yang cukup. Hellman dkk., (1971) melaporkan 1 kematian dari 826 kasus, dan Willson dkk (1971) 1 diantara 591 kasus. Tetapi bila pertolongan terlambat, angka kematian dapat tinggi. Sjahid dan Martohoesodo (1970) mendapatkan angka kematian 2 dari 120 kasus.
Penderita mempunyai kemungkinan yang lebih besar untuk mengalami kehamilan ektopik kembali. Selain itu, kemungkinan untuk hamil akan menurun. Hanya 60% wanita yang pernah mengalami kehamilan ektopik terganggu dapat hamil lagi, walaupun angka kemandulannya akan jadi lebih tinggi. Angka kehamilan ektopik yang berulang dilaporkan berkisar antara 0 – 14,6%. Kemungkinan melahirkan bayi cukup bulan adalah sekitar 50% (1,2,7).
Diagnosa Banding Kehamilan Ektopik Terganggu (KET)
Diagnosa banding (6,7,8):
-Infeksi pelvik
-Kista folikel
-Abortus biasa
-Radang panggul,
-Torsi kita ovarium,
-Endometriosis






BAB III
KASUS
ASUHAN KEBIDANAN PADA NY “C” G1P0A0
UMUR KEHAMILAN 12 MINGGU DENGAN KEHAMILAN PATOLOGI
DI RB BUAH HATI



No. Register                                                   :    008399
Masuk RS/RB/BPM Tanggal/Pukul              :    8 Desember 2008/10.00 WIB
Dirawat di ruang                                            :    -

I.         PENGKAJIAN DATA, Tanggal/Pukul :    8 Desember 2008/10.00 WIB
A.    Biodata                  Ibu                                          Suami
1.      Nama             :  Ny C                                      Tn. E
2.      Umur             :  25 Tahun                                30 Tahun
3.      Agama           :  Islam                                       Islam
4.      Suku/bangsa  :  Jawa/Indonesia                       Jawa/Indonesia  
5.      Pendidikan    :  Perguruan Tinggi                    Perguruan Tinggi
6.      Pekerjaan       :  Dosen                                     Dosen
7.      Alamat           :  Perum Pemda BTP, Bantul    Perum Pemda BTP, Bantul        

B.     Data Subjektif
1.      Alasan dating/dirawat
Ibu ngetakan ingin memeriksakan kehamilannya

2.      Keluhan utama
Ibu mengeluh nyeri perut bagian bawah dengan mengeluarkan darah sedikit (flek) pada celan.

3.      Riwayat menstruasi
Menarche    : 13 tahun                                    Siklus       :    ± 28 hari
Lama           : 5-7 hari                                      Teratur     :    Ya
Sifat darah  : encer bercampur gumpalan       Keluhan   :    Tidak ada

4.      Riwayat perkawinan
Status perkawinan: Syah                                Menikah ke   :      1x
Lama                    :  1 tahun                            Usia menikah pertama kali: 24tahun.



5.      Riwayat obstetric : G1P0A0Ah0
Hamil
ke
Persalinan
Nifas
Tanggal
Umur
Kehamilan
Jenis
Persalinan
Penolong
Komplikasi
JK
BB
lahir
Laktasi
Komplokasi
Hamil Ini
12 minggu




























6.      Riwayat kontrasepsi yang digunakan
No
Jenis
kontrasepsi
Pasang
Lepas
Tanggal
Oleh
Tempat
Keluhan
Tanggal
Oleh
Tempat
Alasan
Ibu mengatakan belum pernah menggunakan kontrasepsi apapun





















7.      Riwayat Kehamilan Sekarang
a.       HPM : 22 September 2007  HPL  :  29 Januari 2008
ANC pertama umur kehamilan : 6 minggu
b.      Kunjungan ANC
Trimester I
Frekuensi      : 2 kali
Keluhan        : Mual muntah, nyeri perut bagian bawah
Komplikasi   : Tidak ada
Terapi           : Tablet Fe, B6
Trimester II
Frekuensi      : ………. kali
Keluhan        : …………………………………………………………………
Komplikasi   : …………………………………………………………………
Terapi           : …………………………………………………………………
Trimester III
Frekuensi      : .............. kali
Keluhan        : …………………………………………………………………
Komplikasi   : …………………………………………………………………
Terapi           : …………………………………………………………………

c.       Imunisasi TT
Ibu mengatakan belum pernah mendapatkan imunisai TT

d.      Pergerakan janin selama 24 jam (dalam sehari)
Ibu mengatakan belum merasakan pergerakan janin




8.      Riwayat kesehatan
a.       Penyakit yang pernah/sedang diderita (menular, menurun dan menahun)
Ibu mengatakan tidak pernah atau sedang menderita penyakit menular (TBC, PMS, HIV/AIDS, Hepatitis), menurun (Asma, Hipertensi, DM), dan menahun (Jantung, Ginjal).

b.      Penyakit yang pernah/sedang diderita keluarga (menular, menurun dan menahun)
Ibu mengatakan baik dari pihak keluarga ibu maupun suami tidak ada yang pernah atau sedang menderita penyakit menular menular (TBC, PMS, HIV/AIDS, Hepatitis), menurun (Asma, Hipertensi, DM), dan menahun (Jantung, Ginjal).

c.       Riwayat keturunan kembar
Ibu mengatakan tidak mempunyai riwayat keturunan kembar

d.      Riwayat operasi
Ibu mengatakan tidak mempunyai riwayat operasi

e.       Riwayat alergi obat
Ibu mengatakan tidak mempunyai riwayat alergi obat

9.      Riwayat pemenuhan kebutuhan
Sebelum hamil                                                   Saat hamil                                
a.       Nutrisi
Makan       
Frekuensi   : 3x/ hari                                   3x/ hari
Jenis           : Nasi, Sayur, Lauk                   Nasi, Sayur, Lauk
Porsi           : 1 piring                                   1 piring
Pentangan  : Tidak ada                               Tidak ada
Keluhan     : Tidak ada                               Tidak ada
Minum
Frekuensi   : 6 x/hari                                   7-8 x/hari
Jenis           : Air Putih                                 Air Putih
Porsi           : 6 gelas                                    7-8 gelas
Pentangan  :Tidak ada                                 Tidak ada
Keluhan     : Tidak ada                               Tidak ada






b.      Eliminasi
BAB
Frekuensi   : 1-2  x/hari                                1 x/hari
Warna        : Kuning kecoklatan                 Kuning kecoklatan
Konsistensi   :                       Lunak                                     Lunak
Keluhan     : Tidak ada                               Tidak ada
BAK
Frekuensi   : 5-6 x/hari                                10-11 x/hari
Warna        : Kuning jernih                         Kuning jernih
Konsistensi   :                       Cair                                         Cair
Keluhan     : Tidak ada                               Tidak ada

c.       Istirahat
Tidur siang
Lama          : 1-2 jam/hari                            1-2 jam/hari
Keluhan     : Tidak ada                               Tidak ada
Tidur malam
Lama          : 7-8 jam/hari                            6 jam/hari
Keluhan     : Tidak ada                               Tidak ada

d.      Personal Hygiene
Mandi             :  2 x/hari                               2 x/hari
Ganti pakaian :  2 x/hari                               2 x/hari
Gosok gigi      :  3 x/hari                               3 x/hari
Keramas         :  2 x/minggu                         2x/minggu

e.       Pola seksualitas
f.       Frekuensi   : 2 x/minggu                             1 x/minggu
Keluhan     : Tidak ada                               Tidak ada

g.      Pola aktivitas (terkait kegiatan fisik, olah raga)
Ibu mengatakan melakukan kegiatan rumah tangga seperti memasak, mencuci, dan menyapu

10.  Kebiasaan yang mengganggu kesehatan (merokok, minum jamu, minuman beralkohol)
Ibu mengatakan tidak mempunyai kebiasaan yang mengganggu kesehatan seprti merokok, minum jamu, dan minum minuman beralkohol





11.  Data psikososial, spiritual dan ekonomi (penerimaan ibu/suami/keluargam terhadap kelahiran, dukungan keluarga, hubungan dengan suami/keluarga/tetangga,perawatan bayi, kegiatan ibadah, kehiatan social, keadaan ekonomi keluatga)
Ibu mengatakan sangat senang dengan kehamilannya
Ibu mengatakan suami dan keluarga sangat senang dengan kehamilannya
Ibu mengatakan hubungannya dengan suami dan keluarga baik
Ibu mengatakan suami telah mempersiapkan keuangan untuk persalinan
Ibu mengatakan selalu menjalankan sholat 5 waktu

12.  Pengetahuan ibu (tentang kehamilan, persalinan, nifas)
Ibu mengatakan kehamilan adalah proses yang normal yang dialami setiap wanita

13.  Lingkungan yang berpengaruh (sekitar rumah dan hewan peliharaan)
Ibu mengatakan lingkungan sekitar rumahnya bersih dan ibu tidak mempunyai hewan peliharaan

C.     Data Objektif
1.      Pemeriksaan umum
Keadaan umum   :  Baik
Kesadaran           :  Composmentis
Status emosional :  Stabil
Tanda vital          : 
Tekanan darah     : 110/90 mmHg      Nadi    : 80 x/menit       LILA  : 21 cm
Pernafasan           :  20 x/menit           Suhu    : 370 C
BB                       :  47 Kg                  TB       : 157 cm

2.      Pemeriksaan Fisik
Kepala          :  keriting, tidak ada ketombe, dan tidak mudah rontok, keadaan
                        bersih
Wajah           :  Oval, tidak odema, tidak ada cloasma gravidarum
Mata             :  kelopak mata: simetris, tidak ada oedema
Hidung         :  bentuk simetris, keadaan bersih, tidak ada polip, fungsi
                        penciuman normal
Mulut            :  lidah tidak terdapat stomatitis, gigi tidak ada lubang dan caries

Telinga          :  keadaan bersih, bentuk simetris, tidak ada kotoran dan
                        pendengaran baik
Leher            :  tidak ada pembesaran kelenjar thyroid
Dada             :  bentuk payudara simetris, nafas teratur, tidak ada benjolan
                        abnormal

Payudara      :  membesar simetris, puting susu menonjol, colostrum belum
                        keluar
Abdomen     :  tidak ada bekas luka operasi, perut bagian bawah sedikit
                        menggembung dan nyeri tekan

Palpasi
Leopold I     :  tidak teraba adanya balotemen perut bagian bawah sedikit
                        mengembung dan tegang.
Leopold II    :  tidak di lakukan
Leopold III  :  tidak di lakukan
Leopold IV  :  tidak di lakukan

Osborn test   :  tidak di lakukan
Pemeriksaan Mc. Donald
TFU              :  20 Cm                         TBJ      : (20 – 12) x 155= 1240 gram
Auskultasi
Djj                :  tidak terdengar denyut jantung janin
Ekstremitas Atas        : bentuk simetris, keadaan kuku bersih, keadaan kulit
                                      turgor kulit baik, dapat digerakan dengan baik, tidak ada
                                      kecacatan.
Ekstremitas Bawah     : bentuk simetris, keadaan kuku bersih, keadaan kulit baik Genetalia luar                             :  dilakukan pemeriksaan genetalia eksterna menggunakan
                                      spekulum terlihat adanya darah di kavum douglas dan
                                      terdapat sedikit pengeluaran darah atau flek-flek hitam
                                      ke coklatan
Pemeriksaan penggul  : Distantia cristarum : 27 cm
(bila perlu)                     Distantia spinarum : 26 cm
                       Konjungtiva external : 20 cm
                       Lingkar panggul : 89 cm

3.      Pemeriksaan penunjang        Tgl     : 8 Desember 2008 Pukul : 09.45 WIB
HB                                           
Protein uterus                           
USG                                                                  
PP tes

4.      Data penunjang
HB                  : 9 gr%
Protein uterus  : tidak dilakukan
USG                : tidak terlihat kerangka janin dan ditemukan kantung gestasi
                          yang terdapat di lumen tuba.
PP tes              : hasil positif


II.      INTERPRETASI DATA
A.    Diagnosa kebidanan
Seorang ibu Ny “C” umur 25 tahun G1 P0 A0 dengan umur kehamilan 12 minggu dengan Kehamilan Ektopik Terganggu.
Data Dasar :
DS :
-          Ibu mengatakan umurnya 25 tahun
-          Ibu mengatakan ini kehamilan yang pertama
-          Ibu mengatakan tidak pernah keguguran
-          Ibu mengatakan nyeri perut bagian bawah
-          Ibu mengatakan terjadi perdarahan sedikit
-          Ibu menatakan HPHT 22 September 2007
DO :
-          Palpasi, tidak teraba adanya balotemen perut bagian bawah sedikit mengembung dan tegang.
-          Auskultasi : tidak terdengar denyut jantung janin
-          Pembesaran uterus
-          Hasil pemeriksaan kuldosintesis, terdapat pengeluaran darah
-          Kadar hemoglobin turun hingga 9 gr% karena perdarahan yang banyak di rongga perut
-          Adanya amenorea : amenorea sering ditemukan walaupun hanya pendek saja sebelum di ikuti oleh perdarahan
B.     Masalah
Gangguan pemenuhan cairan dan nutrisi
Data Dasar :
DS :
-          Ibu mengatakan takut dan cemas dengan kehamilannya
-          Ibu mengatakan cepat lemah bila beraktivitas
-          Ibu mengeluh dengan keluarnya darah
-          Ibu mengeluh dengan adanya pegal-pegal
-          Ibu mengalami perdarahan di perut bagian bawah

DO :
-          Ibu terlihat tampak lemah
-          Ibu terlihat tampak pucat
-          Ibu kurang dan makan dan minum atau tidak nafsu
-          Ibu mengalami pengeluaran darah sedikit-sedikit tapi berlangsung continues







III.   IDENTIFIKASI DAN ANTISIPASI DIAGNOSA POTENSIAL
a.       Abortus iminens : terjadi perdarahan bercak yang menunjukan ancaman terhadap kelangsungan suatu kehamilan.
b.      Abortus inkomplit : perdarahan pada kehamilan muda dimana sebagian dari hasil konsepsi telah di luar kavum uteri melalui kanalis servikalis.
c.       Rupture tuba : robekan yang terjadi pada tuba

IV.   TINDAKAN SEGERA
A.    Mandiri
Tidak ada
B.     Kolaborasi
Tidak ada
C.     Merujuk
Rujuk dengan kolaborasi dokter.


V.      PERENCANAAN               Tanggal : 8 Desember 2008 Pukul : 10.05 WIB
1.      Beritahu ibu dan keluarga tentang kondisi ibu saat ini
a. Menjelaskan kondisi ibu
b. Jelaskan tentang kehamilan ibu saat ini
c. Melibatkan keluarga dalam memberikan dukungan
2.      Berikan konseling pada ibu saat ini
a. Anjurkan ibu untuk segera rujuk
b. Beritahu ibu bahwa akan dilakukan tindakan laparatomi
3.      Anjurkan ibu untuk istirahat
a. Beritahu ibu untuk istirahat cukup
b. Beritahu ibu untuk makan secara rutin
4.      Anjurkan ibu untuk memenuhi kebutuhan gizi
a. Memberitahu ibu untuk makan-makanan yang bergizi
b. Memberitahu ibu untuk makan secara rutin
5.      Berikan konseling untuk pasca tindakan
a. Kelanjutan fungsi produksi
b. Resiko hamil ektopik ulangan
c. Kontrasepsi yang sesuai

VI.   PELAKSANAAN          Tanggal : 08 Desember 2008 Pukul : 10.05 WIB
1.      Menjelaskan pada dan keluarga tentang kondisi ibu saat ini, bahwa ketika dilakukan pemeriksaan Leopold uterus teraba bulat lebar tetapi tidak teraba balotemen. Tinggi fundus 20 cm kemudian pada saat USG ternyata kehamilan berimplantasi dan tumbuh di luar rahim yaitu di tuba.
Jelaskan pada ibu bahwa kehamilan ibu ini adalah kehamilan di luar rahim, janin tumbuh di tuba kehamilan ini biasanya tidak bertahan berakhir dengan abortus.
Anjurkan untuk keluarga, agar selalu memberi dukungan pada kehamilan ibu.
2.      Ibu segera memeriksakan kehamilannya lebih lanjut ke dokter spesialis kandungan agar ibu dan keluarga lebih jelas dengan tindakan lebih lanjut untuk kehamilannya
Beritahu ibu tentang tindakan laparatomi yaitu pembedahan di bagian perut dan segera lakukan tindakan laparatomi di rumah sakit oleh dokter untuk menghilangkan sumber perdarahan.
3.      Menganjurkan ibu untuk istirahat.
Istirahat tidur 8-9 jam / hari
Melarang ibu untuk melakukan aktivitas yang berat karena dapat terjadi perdarahan yang berat.
4.      Jelaskan pada ibu tentang makan-makanan yang banyak mengandung gizi yaitu makanan yang mengandung protein, vitamin, karbohidrat, lemak, mineral. Misalnya makanan sehari-hari; nasi, sayur, buah-buahan. Sayur misalnya; wortel, tomat, bayam, katu. Lauk misal; tempe, tahu, telur, hati, daging. Buah misalnya; jeruk, apel, melon, pepaya, dan di tambah minum susu.
Beritahu ibu agar makan teratur 3x sehari, dan minum 7-8 gelas / hari
5.      Jelaskan pada ibu tentang kelanjutan fungsi reproduksinya kelenjar fungsi reproduksi ibu hanya 60% dari wanita yang pernah dapat KET menjadi hamil lagi, walaupun angka kemandulannya akan jadi lebih tinggi.
Menjelaskan pada ibu tentang resiko kehamilan yang berulang itu dilaporkan berkisar antara 0-14,6% kemungkinan melahirkan bayi cukup bulan adalah 50%.
Memberitahu tentang kontrasepsi yang baik digunakan yaitu dengan menggunakan kondom atau dengan KB kalender.

VII.EVALUASI                Tanggal : 08 Desember 2008 Pukul : 10.05 WIB
1.      Ibu mengerti tentang keadaannya saat ini
2.      Ibu mengatakan cukup istirahat
3.      Melakukan kolaborasi dengan dokter
4.      Ibu dilakukan tindakan laparatomi oleh dokter di rumah sakit.
5.      Ibu mengatakan nyeri pada perut hilang
6.      Ibu mengerti tentang resiko kehamilan ulang
7.      Ibu tahu alat kontrasepsi yang baik digunakan
8.      Cemas ibu sudah berkurang









BAB IV
PEMBAHASAN
Menurut Sarwono Prawirohardjo, Buku Ilmu Kebidanan (1976) dan Ilmu Kandungan 1989 penyebab kehamilan ektopik terganggu adalah
Penyebab kehamilan ektopik banyak diselidiki, tetapi sebagian besar penyebabnya tidak di ketahui, tiap kehamilan dimulai dengan pembuahan telur di bagian ampula tuba dan di dalam perjalanan ke uterus terus mengalami hambatan sehingga pada saat nidasi masaih di tuba.
Menurut Sarwono Prawirohardjo, Buku Ilmu Kebidanan (1976)
Di antara sebab-sebab yang menghambat perjalanan ovum ke uterus sehingga mengadakan implantasi di tuba:
a. Migratio Externa adalah perjalanan telur panjang terbentuk trofoblast sebelum telur ada cavum uteri.
b. Pada hipoplasia lumen tuba sempit dan berkelok-kelok dan hal ini sering di sertai gangguan fungsi silia endosalping.
c. Operasi plastic tuba dan sterilisasi yang tak sempurna dapat menjadi sebab lumen tuba menyempit
d. Bekas radang pada tuba: disini radang menyebabkan perubahan pada endosalping sehingga walaupun fertilisasi masih dapat terjadi gerakan ovum ke uterus lambat.
e. Kelainan bawaan pada tuba, antara lain difertikulum, tuba sangat panjang dsb.
f. Gangguan fisilogis tuba karna pengaruh hormonal, perlekatan perituba. Tumor yang menekan dinding tuba dapat menyempitkan lumen tubuh.
g. Abortus buatan.

D. Patologi
Menurut Sarwono Prawirohardjo, , Buku Ilmu Kebidanan (1976).

Proses implantasi ovum yang dibuahi, yang terjadi di tuba pada dasarnya sama dengan di kavum uteri. Telur di tuba bernidasi secara kolumner atau inter kolumner. Pada yang pertama telur berimplantasi pada ujung atau sisi jonjot endosalping. Perkembangan telur selanjutnya di batasi oleh kurangnya vaskularisasi dan biasanya telur mati secara dini dan kemudian di resorbsi.
Mengenai nasib kehamilan dalam tuba terdapat beberapa kemungkinan, karena tuba bukan tempat untuk pertumbuhan hasil konsepsi, tidak mungkin janin tumbuh secara utuh seperti dalam uterus. Sebagian besar kehamilan tuba terganggu pada umur kehamilan antara 6 sampai 10 minggu.



1. Hasil konsepsi mati dini dan diresorbsi
Ovum mati dan kemudian diresorbsi, dalam hal ini sering kali adanya kehamilan tidak di ketahui, dan perdarahan dari uterus yang timbul sesudah meninggalnya ovum, di anggap sebagai haid yang datangnya agak terlambat.

2. Abortus ke dalam lumen tuba
Trofoblast dan villus korialisnya menembus lapisan pseudokapsularis, dan menyebabkan timbulnya perdarahan dalam lumen tuba. Darah itu menyebabkan pembesaran tuba (hematosalping) dan dapat pula mengalir terus ke rongga peritoneum, berkumpul di kavum Douglasi dan menyebabkan hematokele retrouterina.

3. Ruptur dinding tuba
Ruptur tuba sering terjadi bila ovum berimplantasi pada ismus dan biasanya pada kehamilan muda. Sebaliknya ruptur pada pars interstialis terjadi pada kehamilan yang lebih lanjut. Faktor utama yang menyebabkan ruptur ialah penembusan villi koriales ke dalam lapisan muskularis tuba terus ke peritoneum.

E. Gambaran klinik.
Menurut Sarwono Prawirohardjo, , Buku Ilmu Kebidanan (1976).
Gejala dan tanda kehamilan tuba terganggu sangat berbeda: Dari perdarahan banyak yang tiba-tiba dalam ronga perut sampai terdapat nya gejala yang tidak jelas, sehingga sukar membuat diagnosanya. Gejala dan tanda tergantung pada lamanya kehamilan ektopik terganggu, abortus atau ruptur tuba, tuanya kehamilan ektopik terganggu, derajat perdarahan yang terjadi dan keadaan umum penderita sebelum hamil.

F. Diagnosis
Menurut Sarwono Prawirohardjo, , Buku Ilmu Kandungan (1989).
Kesukaran membuat diagnosis yang pasti pada kehamilan ektopik, gejala-gejala kehamilan ektopik beraneka ragam, sehingga pembuatan diagnosis kadang-kadang menimbulkan kesukaran yang terpenting dalam pembuatan diagnosis kehamilan ektopik ialah supaya pada pemeriksaan penderita selalu waspada terhadap kemungkinan kehamilan ini.
Menurut Sarwono Prawirohardjo, Buku pelayanan kesehatan maternal dan neonatal 2002.

Pemeriksaan untuk membantu diagnosis:
a. Tes kehamilan
Apa bila tes nya positip, itu dapatv membantu diaknosis.
b. Pemriksaan umum
Penderita tampak kesakitan dan pucat: pada perdarahan dalam rongga perut tanda syok dapat di temukan. Pada jenis tidak mendadak perut bagian bawah hanya sedikit mengembung dan nyeri tekan.
c. Anamnesis
Haid biasanya terlambat untuk beberapa waktu dan kadang terdapat gejala subyektif kehamilan muda nyeri perut bagian bawah.
d. Pemeriksaan ginekologi
Tanda kehamilan muda mungkin ditemukan, pergerakan serviks menyebabkan rasa nyeri. Bila uterus dapat diraba, maka akan teraba sedikit membesar dan kadang teraba tumor disamping uterus dengan batas yang sukar ditentukan.
e. Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan hemoglobin dan jumlah sel darah merah berguna dalam menegakan diagnosis kehamilan ektopik terganggu terutama ada tanda perdarahan dalam ronggan perut.
f. Pemeriksaan kuldosentesis
Kuldosentesis adalah suatu cara pemeriksaan untuk mengetahui apakah dalam kavum Douglas ada darah, cara ini amat berguna dalam membantu diagnosis kehamilan ektopik terganggu.
g. Pemeriksaan ultra sonografi
Pemeriksaan ini berguna dalam diagnostic kehamilan ektopik. Diagnosis pastinya ialah apa bila ditemukan kantong gestasi diluar uterus yang didalam nya tampak denyut jantung janin.
h. Pemeriksaan laparoskopi
Digunakan sebagai alat Bantu diagnostic terahir untuk kehamilan ektopik.

G. Gejala
Menurut buku obstetri patologi universitas padjajaran 1984
Kisah yang has dari kehamilan ektopik terganggu ialah seorang wanita yang sudah terlambat haid nya, sekonyong-konyong nyeri perut kadang-kadang jelas lebih nyeri sebelah kiri atau sebelah kanan. Selanjutnya pasien pening dan kadang-kadang pinsan sering keluar darah pervaginam.
Gejala-Gejala Yang Terpenting:
a. Nyeri perut: nyeri perut ini paling sering dijumpai biasanya nyeri datang setelah mengangkat benda yang berat. Buang air besar namun kadang-kadang bisa juga pada waktu sedang istirahat.
b. Adanya AMENOREA: amenorea sering di temukan walaupun hanya pendek saja sebelum di ikuti oleh perdarahan.
c. PERDARAHAN: perdarahan dapat berlangsung kontinu dan biasanya berwarna hitam.
d. Shock karena hypovoluemia.
e. Nyeri Bahu dan Leher (iritasi diafragma)
f. Nyeri pada palpasi : perut penderita biasanya tegang dan agak kembung.
g. Pembesaran uterus: pada kehamilan ektopik uterus membesar.
h. Gangguan kencing: kadang-kadang terdapat gejala besar kencing karena perangsangan peritonium oleh darah di dalam rongga perut.
i. Perubahan darah: dapat di duga bahwa kadar haemoglobin turun pada kehamilan tuba yang terganggu karena perdarahan yang banyak dalam rongga perut.
H. Diagnosis Banding
Menurut Sarwono Prawirohardjo, Buku pelayanan kesehatan maternal dan neonatal 2002.
a. Abortus imminens
b. Penyakit radang panggul (akut / kronik)
c. Torsi kista ovaril
I. Penatalaksanaan Atau Penanganan
Menurut Sarwono Prawirohardjo, Buku pelayanan kesehatan maternal dan neonatal 2002.
a. Setelah diagnosis ditegakan, segera lakukan persiapan untuk tindakan operatif gawat darurat.
b. Ketersediaan darah pengganti bukan menjadi syarat untuk melakukan tindakan operatif karena sumber perdarahan harus dihentikan.
c. Upaya stabilisasi dilakukan dengan segera merestorasi cairan tubuh dengan larutan kristaloid NS atau RL (500 ml dalam lima menit pertama) atau 2l dalam dua jam pertama (termasuk selama tindakan berlangsung)
d. Bila darah pengganti belum tersedia, berikan autotransfusion berikut ini
1) Pastikan darah yang dihisap dari rongga obdomen telah melalui alat pengisap dan wadah penampung yang steril
2) Saring darah yang tertampung dengan kain steril dan masukan kedalam kantung darah (blood bag) apabila kantung darah tidak tersedia masukan dalam botol bekas cairan infus (yang baru terpakai dan bersih) dengan diberikan larutan sodium sitrat 10ml untuk setiap 90ml darah.
3) Transfusikan darah melalui selang transfusi yang mempunyai saringan pada bagian tabung tetesan.
e. Tindakan dapat berupa :
1) Parsial salpingektomi yaitu melakukan eksisi bagian tuba yang mengandung hasil konsepsi.
2) Salpingostomi (hanya dilakukan sebagai upaya konservasi dimana tuba tersebut merupakan salah satu yang masih ada) yaitu mengeluarkan hasil konsepsi pada satu segmen tuba kemudian diikuti dengan reparasi bagian tersebut. Resiko tindakan ini adalah kontrol perdarahan yang kurang sempurna atau rekurensi (hasil ektopik ulangan).
f. Mengingat kehamilan ektopik berkaitan dengan gangguan fungsi transportasi tuba yang di sebabkan oleh proses infeksi maka sebaiknya pasien di beri anti biotik kombinasi atau tunggal dengan spektrum yang luas.
g. Untuk kendali nyeri pasca tindakan dapat diberikan:
1) Ketoprofen 100 mg supositoria.
2) Tramadol 200 mg IV.
3) Pethidin 50 mg IV (siapkan anti dotum terhadap reaksi hipersensitivitas)
h. Atasi anemia dengan tablet besi (SF) 600 mg per hari.
i. Konseling pasca tindakan
1) Kulanjutan fungsi reproduksi.
2) Resiko hamil ektopik ulangan.
3) Kontrasepsi yang sesuai.
4) Asuhan mandiri selama dirumah.
5) Jadwal kunjungan ulang.
J. Komplikasi Potensial
Menurut Ben-Zion Buku Kedaruratan Obstetri dan ginekologi 1994

Komplikasi-komplikasi kehamilan tuba yang biasa adalah ruptur tuba atau abortus tuba, aksierosif dari trofroblas dapat menyebabkan kekacauan dinding tuba secara mendadak: ruptur mungkin paling sering timbul bila kehamilan berimplatasi pada pars ismikus tuba yang sempit, abortus tuba dapat menimbulkan hematokel pelvis, reaksi peradangan lokal dan infeksi skunder dapat berkembang dalam jaringan yang berdekatan dengan bekuan darah yang berkumpul.
K. Prognosis
Menurut Sarwono Prawirohardjo, Ilmu Kebidanan 1976
Kematian karena kehamilan ektopik terganggu cenderung dengan diagnosis dini dan persediaan darah yang cukup, Hellman dkk, (1971) 1 kematian diantara 826 kasus, dan Willson dkk. (1971) 1 antara 591. Tetapi bila pertolongan terlambat angka kematian dapat tinggi, Sjahid dan Martohoesodo (1970) Mendapat angka kematian 2 dari 120 kasus, Sedangkan Tarjamin dkk (1973) 4 dari 138 kehamilan ektopik.


BAB V
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Kehamilan ektopik ialah suatu kehamilan yang berbahaya bagi wanita yang bersangkutan berhubungan dengan besarnya kemungkinan terjadi keadaan yang gawat keadaan yang gawat ini dapat terjadi apabila kehamalan ektopik terganggu. macam-macam kehamilan ektopik berdasarkan tempat implantasinya antara lain :
a.Kehamilan Abdominal
Kehamilan/gestasi yang terjadi dalam kavum peritoneum (sinonim : kehamilan intraperitoneal)
b.Kehamilan Ampula
Kehamilan ektopik pada pars ampularis tuba fallopii. Umumnya berakhir sebagai abortus tuba.
c.Kehamilan Servikal
Gestasi yang berkembang bila ovum yang telah dibuahi berimplantasi dalam kanalis servikalis uteri.
d.Kehamilan Heterotopik Kombinasi
Kehamilan bersamaan intrauterine dan ekstrauterin.
e.Kehamilan Kornu
Gestasi yang berkembang dalam kornu uteri.
f.Kehmailan Interstisial
Kehamilan pada pars interstisialis tuba fallopii.
g.Kehamilan Intraligamenter
Pertumbuhan janin dan plasenta diantara lipatan ligamentum latum, setelah rupturnya kehamilan tuba melalui dasar dari tuba fallopii.
h.Kehamilan Ismik
Gestasi pada pars ismikus tuba fallopii.
i.Kehamilan Ovarial
Bentuk yang jarang dari kehamilan ektopik dimana blastolisis berimplantasi pada permukaan ovarium.
j.Kehamilan Tuba
Kehamilan ektopik pada setiap bagian dari tuba fallopii.
B.    Saran
1.      Mahasiswi diharapkan untuk mengetahui bagaimana kehamilan ektopik.
2.      Mahasiswi diharapkan untuk bisa mengatasi permasalahan pada kehamilan ektopik.
3.      Jika menemukan kasus kehamilan ektopik sebaiknya dilakukan rujukan.

















DAFTAR PUSTAKA

Cunningham, F. Gary, M.D.: Obstetri Williams E/18. Jakarta, EGC, 1995.
Prawirohardjo, Sarwono, 1989, Ilmu Kandungan, Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Prawirohardjo, Sarwono, 1976, Ilmu Kebidanan, Jakarta: Yayasan Binapustaka.

Sujiyati,dkk,2009, Asuhan Patologi Kebidanan. Jogjakarta:Nuhamedika

Supriyadi Teddy,2005, Kegawat Daruratan Obstetri dan Ginekologi. Jakarta: Buku Kedokteran EGC



1 komentar: