Banyak alasan
mengapa remaja menjadi sorotan yang tak lekang oleh waktu. Psikologi sendiri
memandang periode ini sebagai periode yang penuh gejolak dengan menamakan
period of strom and stress. Bila banyak pihak yang mencemaskan individu yang
berada pada masa remaja, bagaimana dengan sang remaja sendiri ?
Dari beberapa
sumber artikel mengenai kesehatan reproduksi remaja yang telah saya baca dan
layak untuk dijadikan bahan sumber pengetahuan yang pantas dibagi. Sampai saat
ini masalah seksualitas selalu menjadi topik yang menarik untuk dibicarakan.
Hal ini dimungkinkan karena permasalahan seksual telah menjadi suatu hal yang
sangat melekat pada manusia.
Seksualitas tidak bisa dihindari oleh
makhluk hidup, karena dengan seks makhluk hidup dapat terus bertahan
menjaga kelestarian keturunannya.Pada masa remaja rasa ingin tahu terhadap
masalah seksual sangat penting dalam pembentukan hubungan baru yang lebih
matang dengan lawan jenis.Karena meningkatnya minat remaja pada masalah seksual
dan sedang berada dalam potensi seksual yang aktif, maka remaja berusaha
mencari berbagai informasi mengenai hal tersebut.Dari sumber informasi yang
berhasil mereka dapatkan hanya sedikit informasi yang bisa mereka
dapatkan seluk beluk seksual dari orang tuanya. Oleh karena itu remaja mencari
atau mendapatkan dari berbagai sumber informasi yang mungkin dapat diperoleh,
misalnya disekolah atau perguruan tinggi, membahas dengan teman-teman,buku-buku
tentang seks, media massa atau internet.
Banyak orang tua yang menganggap bahwa
membicarakan tentang seksualitas didalam keluarga merupakan hal yang tabu,
padahal jika anak sudah terlebih dahulu mendapatkan pelajaran tentang
seksualitas ini dalam keluarganya, anak tersebut akan mempunyai pola pikir yang
cukup panjang untuk mengetahui baik buruknya tentang seksualitas.Dan hal ini
akan berdampak kepada kesehatan reproduksi remaja itu sendiri.
Secara garis besar dapat digolongkan 4
golongan faktor yang dapat berdampak buruk bagi kesehatang reproduksi yaitu:
- Faktor sosial ekonomi dan demografi (terutama kemiskinan, tingkat pendidikan yang rendah, dan ketidaktahuan tentang perkembangan seksual dan proses reproduksi, serta lokasi tempat tinggal yang terpencil ).
- Faktor budaya dan lingkungan (misalnya, praktek tradisional yang berdampak buruk pada kesehatang reproduksi, kepercayaan banyak anak banyak rejeki, informasi tentang fungsi reproduksi yang membingungkan anak dan remaja karena saling berlawanan satu dengan yang lain, dan sebagainya).
- Faktor psikologis (dampak pada keretakan orang tua pada remaja, depresi karena ketidakseimbangan hormonal, rasa tidak berharga wanita pada pria yang membeli kebebasannya secara materi dan sebagainya).
- Faktor biologis ( cacat sejak lahir, cacat pada saluran reproduksi pasca penyakit menular seksual dan sebagainya).
Perubahan
psikis juga terjadi baik pada remaja perempuan maupun pada remaja laki-laki,
mengalami perubahan emosi, pikiran , perasaan, lingkungan pergaulan dan
tanggung jawab, yaitu:
- Remaja lebih senang berkumpul diluar rumah dengan kelompoknya.
- Remaja lebih sering membantah atau melanggar aturan orang tua.
- Remaja ingin menonjolkan diri atau bahkan menutup diri.
- Remaja kurang mempertimbangkan maupun menjadi sangat bergantung pada kelompoknya
Hal tersebut
diatas menyebabkan remaja menjadi lebih mudah terpengaruh oleh hal-hal negatif
dari lingkungan barunya. Oleh karena itu diperlukannya peran orang tua, untuk
mengetahui tumbuh kembang anaknya baik itu secara fisik maupun psikologi anak.
Karena seiring dengan perubahan jaman,orang tua dituntut untuk lebih pintar
mengatur ataupun mengontrol tumbuh kembang anaknya, agar tidak terjerumus
kedalam pergaulan bebas yang sekarang banyak kita temui di kota-kota besar. Dan
sebagai remaja seharusnya juga dapat berfikir panjang untuk menentukan masa depan
yang lebih baik untuk dirinya sendiri. Karena yang ditakutkan dari pergaulan
bebas, termaksud seks bebas dan narkoba, adalah penyakit-penyakit yang dapat
terinfeksi baik itu melalui jarum suntik maupun berhubungan seksual, yang bukan
hanya mematikan, tetapi juga dapat menular baik itu kepada pasangan seksual,
teman dekat, maupun keluarga.
Penyakit
menular seksual (penyakit kelamin) adalah infeksi yang ditularkan melalui
hubungan seksual. Akan beresiko tinggi apabila dilakukan dengan berganti-ganti
pasangan. Baik laki-laki maupun perempuan bisa beresiko tertular penyakit
kelamin. Perempuan beresiko lebih besar tertular karena alat reproduksinya
lebih rentan terhadap PMS. Sayangnya 50% dari perempuan yang tertular PMS tidak
tahu bahwa dirinya sudah tertular. PMS tidak dapat dicegah hanya dengan:
- Membersihkan alat kelamin setelah berhubungan seksual.
- Minum jamu tradisional.
- Minum antibiotik sebelum dan sesudah berhubungan seksual.
PMS yang umum
terdapat di Indonesia adalah :
- Gonorrea (GO)
- Clamidia (klamidia)
- Sifilis (Raja Singa)
- Herpes genital
- Trikonomiasis
- Ulkus mole ( chancroid)
- Kutil kelamin (jengger ayam)
- HIV-AIDS
Untuk penyakit
HIV-AIDS sendiri, dapat ditularkan melalui :
- Hubungan seksual tanpa pelindung dengan ODHA
- Menggunakan benda tajam yang terkontaminasi oleh virus HIV, misalnya jarum suntik pada pengguna dan pecandu narkoba, alat pembuat tatto, dan alat tindik.
- Mendapatkan transfusi darah yang mengandung virus HIV.
- Dari ibu ODHA dari ibu yang dikandung dan disusuinya.
HIV tidak dapat
ditularkan melalui:
- Bersalaman atau berpelukkan
- makanan dari piring yang pernah digunakan ODHA
- Batuk atau bersin ODHA
- Gigitan nyamuk
- Berenang ditempat yang sama dengan ODHA
- Mengunjungi ODHA di rumah atau dirumah sakit.
Menurut data
Departemen Kesehatan sampai September 2009, jumlah anak dibawah 15 tahun yang
menderita AIDS sebanyak 464 orang. Penderita HIV-AIDS usia 0-19 tahun diwilayah
Pemkot Yogyakarta periode 1993-2009 mencapai 16 orang. Melihat tingginya angka
diatas sudah waktunya orang tua terbuka membicarakan perihal kesehatan
reproduksi pada anak. Pertanyaan anak seputar reproduksi hendaknya dijawab
dengan benar. Bukan berarti harus menjaawab sebagai seorang ahli, melainkan
memberikan jawaban yang benar dan tidak jauh menyimpang.